Filed under: Personal Case
Arjuna telah sampai lagi di Padang Kurusetra, dimana beribu tahun silam keluarga Pandawa dan Kurawa saling bunuh demi memperebutkan tahta Hastinapura. Dimana Bima bertarung selama 13 hari 13 malam sebelum akhirnya bisa membunuh Jarasanda, dan Abimanyu ~ putra Arjuna yang terlahir dari rahim Subadra ~ menemui ajalnya dalam kematian yang menyayat hati, dijebak secara licik oleh Kurawa.
Beribu tahun yang lalu? Ya, Arjuna telah hidup selama ribuan tahun, akibat kelalaiannya menyantap amrit yang sedianya merupakan santapan untuk Betara Narada. Waktu itu, Arjuna yang sedang berburu di hutan dekat Narayanasrama bersama Srikandi kelelahan, seharian tak menemukan binatang buruan. Sejoli yang kelaparan itu tak sengaja menemukan ceruk, yang di situ tersaji berupa-rupa santapan yang sungguh menggoda. Santapan itu sejatinya merupakan amrit ~ santapan dewa-dewi yang barang siapa memakannya bakal memperoleh hidup abadi. Maka Arjuna dan Srikandi yang secara lancang menyantap amrit tak bisa mati, sempat pula beranak-pinak hingga bisa mendirikan negara sendiri, namun hanya mereka berdua yang berusia lama. Anak cucu cicit dari anak cucu cicitnya, hingga urutan canggah dan debog bosok yang paling akhir telah punah, putus garis keturunannya. Arjuna dan Srikandi tak tersentuh oleh mati, seolah tak ada dalam daftar urut pencabutan nyawa oleh Dewa Yama, sang dewa kematian.
Arjuna baru mengetahui kenyataan bahwa hidup abadi tak berarti bebas dari gerogotan penyakit. Dia yang sudah bernafas selama ribuan tahun, ternyata mengidap kencing manis, kadar gulanya tinggi; setinggi dada orang dewasa. Hidup abadi, ternyata tak memberikan apapun kecuali rasa hampa. Kini, yang dimilikinya hanyalah rasa cintanya kepada sang istri, serta keinginan untuk mati yang menjadi-jadi.
Maka, kali ini di Padang Kurusetra, Arjuna menarik kuat-kuat tali Gandewa ~ busur saktinya, lalu dilepaskannya seolah menembakkan panah ke langit, berkali-kali, hingga bermunculan kilat neon murahan. Maka muncullah Betara Narada di hadapan Arjuna dan Srikandi yang diliputi pengharapan untuk mati.
Arjuna dan Srikandi bertekuk lutut, memberi penghormatan tertinggi kepada Betara Narada.
“Ingsun sudah mengerti isi hatimu, wahai Putra Pandu…”, kata Betara Narada
“Ingsun sudah melanglang buana, merasakan berbagai macam rasa dan warna kehidupan, namun sekiranya segala rupa kenikmatan duniawi kini terasa hambar”, Arjuna membuka beban hatinya, “Pernah pula ingsun berdoa jelek, memohon agar supaya Dewa Syiwa menarikan tarian Rudra untuk meluluh lantakkan dunia dan seisinya, sekalian meremukkan jasad Kami, memutuskan tali silaturahim antara ruh dan badan ~ sehingga Kami bisa mati”
“Tidakkah engkau menginginkan hidup abadi?”, tanya Betara Narada, “Bagaimana jika ingsun jadikan Padang Kurusetra ini seindah nirwana? Sehingga kau berasa tinggal di nirwana, dan tak perlu lagi kau harapkan dirimu untuk mati?”
“Bukankan seindah apapun keimanan seseorang, tidakkah dia tak akan bisa masuk nirwana terkecuali dia harus mati terlebih dulu?”, Arjuna balik bertanya, “Sekiranya dunia dan seisinya ini, segala rupa keindahannya yang paling indah sekalipun tak ada bandingannya dengan keindahan Nirwana…”
Betara Narada tersenyum.
“Sekiranya engkau sudah niat, dan tekadmu sudah bulat, maka ingsun kabulkan permintaan matimu”.
Betara Narada menyerahkan dua bilah anak panah Wajrayudha, satu untuk Arjuna, dan satu untuk Srikandi.
“Saling bunuhlah kalian, wahai dua sejoli yang sudah bosan hidup. Sekiranya Wajrayudha ini ~ yang hanya tersisa ini tanpa bisa kuberikan lagi ~ bahkan sanggup mematahkan kutukan sekalian khasiat amrit yang telah kalian makan… sehingga kalian bisa menggapai nirwana…”
Arjuna dan Srikandi membungkuk penuh hormat ketika menerima si senjata keramat. Keduanya saling pandang, tanpa kata dan tanpa menyadari bahwa Betara Narada menghilang perlahan dalam kegelapan, di pojok yang tak tersiram cahaya.
“Tak pernah terbayangkan olehku, mengarahkan anak panah ke dadamu, duhai Dinda… dengan niatan untuk mematahkan tulang rusukmu, menghancurkan jantung hatimu, sekalian menarik keluar nyawamu…” Arjuna memegang bahu Srikandi, dengan tangan gemetar
“Demikian pula denganku, Kanda”, Srikandi mengangguk, “Yang Dinda tahu bahwasanya Dinda berkewajiban menjaga kehormatan Kanda, dan berbakti kepada Kanda sepanjang umur Dinda bisa direntangkan… Tak pernah terbayangkan Dinda bertindak durhaka, lancang menembakkan anak panah ke jantung hati Kakanda…”
“Kanda mohon, Dinda, tolong tahanlah rasa sakitnya barang sejenak”, Arjuna meratap, “Akan Kanda bebaskan dirimu dari siksa keabadian ini… Sekiranya kini Kita sadar, bahwa hidup dan nyawa kita berharga karena nyawa itu tak terganti, dan hidup hanya sekali”
Srikandi mengangguk pelan. Mereka sudah mencapai mufakat, bahwa mereka bakal saling membebaskan kutukan keabadian masing-masing. Maka Arjuna dan Srikandi saling berjalan menjauh, sebelum membalikkan badan ~ saling berhadapan. Arjuna dan Srikandi mengarahkan mata anak panah Wajrayudha-nya ke pujaan hati masing-masing, sambil melelehkan air mata. Dan seketika itu jari-jemari Srikandi terpeleset. Arjuna dengan mantap melepaskan tarikannya, dua Wajrayudha berlawanan arah melesat cepat. Remuklah dada Srikandi, namun tidak demikian dengan Arjuna. Tembakan Srikandi meleset. Arjuna berdiri dalam diam. Dilihatnya dari kejauhan tubuh kekasih hatinya tersungkur ke tanah. Nyawanya melesat dibawa anak panah maut yang menembus tubuhnya, melesak jauh ke arah nirwana.
Sejurus kemudian, Arjuna tersimpuh dengan air mata berlelehan. Disungkurkannya kepalanya ke tanah, mencurahkan seluruh air matanya hingga kering, seolah ingin menciptakan sungai yang mengalir dari hulu ke hilir. Sambil menjeritkan nama kekasih hatinya. Dibelokkannya ekor matanya, senyum kecil bangga tersungging di ujung tepi bibirnya kala dilihatnya wajah perempuan yang ditaksirnya, terduduk diam di kursi di sebelah bapaknya. Menghayati.
Mi’un bertepuk tangan penuh semangat, wajahnya berseri-seri. Menonton pagelaran wayang orang seperti ini, adalah salah satu ritual yang sudah dilakukannya sejak berpuluh tahun silam, namun baru beberapa kali ini dia menjalankannya dengan status sosial yang baru; sebagai orang kaya! Ya, semenjak dia menerima sms pengumuman bahwa dia menerima hadiah uang 30 juta, Mi’un naik kelas sosial, menjadi orang kaya. Uang itu, dia gunakan untuk membeli mobil mewah, dan mendirikan rumah mewah pula, serta untuk menyekolahkan Nurul ~ putri semata wayangnya hingga di bangku kuliah. Kini, dia bisa dengan bangga mengajak Nurul menonton wayang orang dengan menaiki mobil mewah itu, tak perlu lagi bersedih hati atau merasa rendah diri karena mereka kini termasuk golongan masyarakat papan atas.
“Ayo pulang, Nur…”, Mi’un bangkit dari kursinya, “Bengsin mobil kita tadi hampir habis, takutnya kemalaman dan kita kehabisan bahan bakar di jalan”
“Bapak lupa ya? Mobil kita ‘kan masih di bengkel…?”
“Oh! Iya!”, Mi’un menepis dahinya sendiri, “Bapak lupa…”
Senyum jenaka khas Mi’un tersungging di bibirnya, membuat wajah berkulit hitam itu terlihat cerah bak mentari merekah
Nurul tersenyum kecil melihatnya. Melihat bapaknya bahagia, Nurul ikutan bahagia pula
Senyum Nurul perlahan meredup menjadi temaram. Mati-matian Nurul menahan segumpal air mata yang hendak melorot turun dari sudut matanya. Sudah sekian tahun ~ delapan tahun tepatnya ~ Bapaknya menjadi gila gara-gara terlalu lugu dan percaya, bahwa sms hadiah uang itu adalah benar adanya. Omong kosong bahwa duit 30 juta bisa dibagi-bagikan begitu saja, seolah jaman sekarang ini bukan jaman susah, dan duit bisa dipanen dari pohon, atau cukup menggoyangkan batang pohon maka duit berlembar-lembar bakal berguguran.
Nurul ingat betul siang hari delapan tahun lalu, Wak Qosim yang datang mencarinya tergopoh-gopoh di rumah Haji Koharuddin, mengabari kalau bapaknya menjerit-jerit di bank. Ketika Nurul menjelaskan duduk perkaranya, soal sms berisi pengumuman bahwa Mi’un mendapat hadiah 30 juta rupiah, Wak Qosim geleng-geleng kepala.
“Bapakmu sudah jadi gila, Nur”, bilang Wak Qosim yang waktu itu kebetulan sedang berada di bank buat narik duit.
Seketika Nurul menangis, mimpi paling buruk dalam hidupnya, tiba-tiba saja hadir jauh lebih dari nyata. Mi’un, bapak kesayangannya, kehilangan kewarasan hanya karena terlalu lugu, dan terlalu percaya bahwa semua orang itu baik adanya, dan bahwa di dunia yang sudah tua menjelang ajalnya ini, tidak ada yang namanya dusta. Impian dan pengharapan Mi’un yang kelewat besar, serta kenyataan yang melenceng jauh dari impiannya itu terlalu berat, dan mematahkan tonggak batas kewarasan dalam alam fikir Mi’un…
Delapan tahun sudah, Nurul berjuang mati-matian, menggadaikan gengsi masa remaja, tenggelam dalam rutinitas belajar dan membabu, mencari pekerjaan sampingan ~ samping kiri samping kanan. Melamar beasiswa di sana-sini, untuk menyokong kehidupannya yang miskin bersama bapaknya tercinta, sekalian untuk melunasi tagihan perkuliahan. Belum lagi urusan dia dikejar-kejar Sutono, pemain wayang orang pemeran Arjuna yang yaqin seyaqin-yaqinnya bahwasanya hati Nurul telah berada dalam genggamannya. Dunia… begitu banyak hal yang seolah mengajak Nurul untuk ikutan menjadi gila… mungkin nanti, pada suatu ketika…
65 Comments so far
Leave a comment
Judul ‘Titi Kala Mangsa (Pada Suatu Ketika)’ di postingan ini saya pinjam dari salah satu judul lagunya tokoh idola saya; Sujiwo Tedjo. sementara postingan kali ini, merupakan rangkaian hitung mundur kedua, sebelum saya rehat dari jagad blog.
ah, iya. cerita tidak bermutu ini, juga merupakan lanjutan dari cerita 30 Juta yang saya tulis beberapa waktu lalu…
Comment by Infinite Justice 25 May 2009 @ 1:47 amO M G !!!
Comment by Muzda 25 May 2009 @ 1:57 amah, meskipun jeng muzda mencoba menghibur seperti ini, saya tidak terhibur. bukan seperti ini yang saya inginkan, sehingga saya sendiri bisa bilang OMG! terhadap tulisan saya sendiri… but, thanks a lot. it worth for me…
Comment by Infinite Justice 25 May 2009 @ 2:11 amAku menyayangkan sesayang-sayangnya keputusanmu untuk berhenti ..
Comment by Muzda 25 May 2009 @ 1:56 amTapi rupanya aku terlalu kecil untuk bisa menghadang niatmu, eh …?
Rencana sudah dibuat, skenario tinggal dipentaskan.. rasanya aku pun hanya bisa menonton.
itulah bedanya penonton dengan dalang. mereka hanya bisa menyaksikan. namun yang pegang kuasa tetaplah dalang. yang seolah-olah bermain laiknya Tuhan, mematikan dan menghidupkan.
Comment by Infinite Justice 25 May 2009 @ 2:32 amsaya sudah menyusun skenario, rancangan-rancangan dan bait-bait dialog telah tersusun, para pemain yang kebagian peran telah berdandan, maka tinggal tunggu hari, tanggal dan jam penayangan.
namun saya sungguh berterimakasih akan jeng muzda, yang menyayangkan keputusan saya sedemikian rupa. palu telah diketukkan, putusan telah dibacakan. saya sudah berencana, saya sudah mendakwa, maka tinggallah saya melaksanakan apa yang sudah saya ucapkan. saya ingin berdiam, merenung apa yang perlu saya renungi… dan bertafakur, berharap apa yang hilang bisa kembali…
Ehm… Emangnya Srikandi tu bener2 cewek ya?
Srikandi kan ga jelas cewek apa cowok…
Ah, memang Arjuna demen yg ‘begitu’ kali ya…
*ditimpukmassa*
hoho… ini cerita keren punya lah. Saya sampe ndlongop bacanya. Jd curiga, jgn2 kamu tu sebenernya penulis yg cuma lg iseng ngeblog dan skarang udah bosen banget sampe hampir muntah tp ditahantahan…
ya sudahlah,
tampaknya kita ‘cuma’ akan kehilangan 1 lg pencerita ulung sekaligus jg hilang 1 tempat mangkal…
*berasatukangojekyang tempatmangkalnyadigusurdandijadikanWCumum…*
sayang… kenapa sih harus berhenti?
Comment by yoan 25 May 2009 @ 2:28 amhhh…
emmmh… dalam ceritera Mahabharata, dikisahkan bahwa Srikandi memang perempuan, namun nantinya berubah menjadi lelaki, dan ikut mengatur ulang barisan pasukan Pandawa… dan soal Arjuna? emmmh… dia kan pernah menyamar sebagai banci, dengan nama Brihannala… CMIIW
saya bukan penulis… saya hanyalah pembaca… maka apa-apa yang saya tulis sejatinya merupakan hasil pembelajaran dari apa yang saya baca…
benar, dinda… sekiranya kanda menghilang, dinda tidak bakalan merasa kehilangan. ada begitu banyak penggemarmu… maka hilangnya kanda tak akan berpengaruh sama sekali bagimu… 😉
emmmh… ingsun berhenti… dengan suatu alasan yang berbelit-belit… maka sekiranya ingsun tak bisa membeberkannya di sini… ada begitu banyak alasan, dan ada begitu banyak dalih yang tak bisa saya ungkapkan… emmmh… tapi saya rasa kini dinda sudah mengetahui salah satu alasannya… itu SALAH SATU alasannya…
Comment by Infinite Justice 25 May 2009 @ 9:02 pmperasaan td udah nulis komen tp kok ga masuk ya…
ehm… memangnya Srikandi beneran cewek ya?
bukannya Srikandi ga jelas cewek apa cowok…
ah ya sudahlah…
Arjuna mungkin demennya sama yg ‘begitu’
*ditimpukmassa*
ehm, ini cerita keren punya lah. saya sampe ndlongop bacanya. jd merasa kl kamu itu sebenernya penulis yg iseng ngeblog tp sekarang udah bosen bgt sampe hampir muntah tp msh ditahantahan…
ya sudahlah,
kami toh ‘cuma’ akan kehilangan 1 pencerita ulung dan 1 lg tempat mangkal asik…
sayang…
Comment by yoan 25 May 2009 @ 2:44 amkenapa juga harus berhenti…
hhh…
tp sesukamulah,
sampe hilang harga diri kami memohon kamu tetap tinggal, kamu toh tak akan menghiraukan…
justru kalimah seperti ini yang membuat rasa tambah berat…
Comment by Infinite Justice 25 May 2009 @ 9:07 pmTes.
Comment by yoan 25 May 2009 @ 3:08 amKenapa komenku ga masuk2 ya..
as you can see, semua yang jadi budak sudah saya merdekakan, dan semua yang jadi tahanan sudah saya bebaskan…
Comment by Infinite Justice 25 May 2009 @ 9:13 pmhihi.. baru masuk..
ehm.. memangnya srikandi beneran cewek?
srikandi kan gak jelas cewek apa cowok..
ya sudahlah, arjuna demen sama yg ‘begitu’ mungkin ya..
*ditimpuk massa*
ini cerita keren punya lah. saya sampe ndlongop bacanya. jd berpikiran bhwa kamu sebenernya penulis yg lg iseng ngeblog tp skarang udah bosan banget sampe hampir muntah tapi ditahan2…
ya sudahlah, kami ‘cuma’ akan kehilangan satu pencerita ulung sekaligus satu lg tempat mangkal yg asik..
sayang.. kenapa juga harus berhenti..
hh..
sampai kami hilang harga diri memohon kamu tetap tinggal toh kamu tak akan peduli…
you just…
Comment by yoan 25 May 2009 @ 3:18 amI dunno what to say..
…
Comment by Infinite Justice 25 May 2009 @ 9:57 pm*waiting for the next sentences*
Mengabulkan permintaan terakhir orang yang menghitung hari nafas tersengalnya di dunia maya..
Comment by shofiyah 25 May 2009 @ 6:03 amSelamat jalan kakak…
kimi to motto hanashitai….
gomenasai…nanji-kan gurai?
*sampai bertemu kala rasa itu kembali..Ta da..
^_^V
*ambil tissu
shofiyyyyyyyyyyyy……
you are back???
hahah!
Tuhan memang Paling Bisa…
satu (akan) pergi, satu kembali… 🙂
Comment by yoan 25 May 2009 @ 8:49 pm…dan sekiranya kehadiran jeng shofiy bisa menggantikan kekosongan posisi ingsun…
Comment by Infinite Justice 25 May 2009 @ 11:15 pmnah nah…
kau tak akan terganti…
*muntahmuntahsambilcengarcengirnajong*
kami tunggu ‘kepulangan’mu, nda…
Comment by yoan 26 May 2009 @ 11:52 amtak ada yang tak tergantikan dinda… akan ada yang lebih baik mengisi posisi ini dalam jejaring sosialmu…
baiknya dirimu, dinda… dan entah kenapa, ingsun berasa baru saja menemukan alasan untuk menghilang selamanya…
Comment by Infinite Justice 27 May 2009 @ 12:48 ambaik sekali jeng shofiy… dan bahkan sudah mulai menulis lagi…
e too… ni-ji… san-ji… tapi jam-jam segitu kadang saya tidak on-line sih…
ah, iyah jeng… akhir minggu ini berarti postingan pamungkas… semoga kita bersua kembali ketika rasa itu tlah muncul lagi…
Comment by Infinite Justice 25 May 2009 @ 10:42 pmhuahuaha…
gw apaan ya namanya kalo 5?
panca-trick dah…
dijegal aki ismet yak komenku td?
ck.. nggih pun… pareng…
masih kurang 1 postingan lg kan, Nda?
kami tunggu… *sudahmulaiikhlas*
Comment by yoan 25 May 2009 @ 11:40 amuhm… mungkin saya lebih menyebutnya pentatrick…
dan yah, akhir pekan ini, saya berniat mem-post tulisan pamungkas saya…
terimakasih banyak, yah…
Comment by Infinite Justice 25 May 2009 @ 11:09 pmLho…lho… kok…
Comment by wahyu 25 May 2009 @ 2:45 pmNtar aku gk bisa liat kamu en Yoan saling ejek disini dong kl kamu nya mundur. Hiks, sedih sob!!
Aku pengagum kalian berdua…
(hayyah gedhe endase iki engko lek semakin dipuji)
ah hah hah… mungkin begitu… dan sejak kapan ingsun dan dinda yo menjadi tokoh idola bagimu, jeng? namun sekiranya memang demikian adanya, maka mohon kirim sms dukungan….
KETIK REG SPASI WAYANGORANG KIRIM KE 0000
Comment by Infinite Justice 25 May 2009 @ 11:34 pmndas ku maleh menggede temenan ki piye…
hihi… aku punya pengagum… *jogetjogetdalemhati*
Comment by yoan 26 May 2009 @ 11:55 ameh he he…
*entahkenapaberasaikutansenang*
Comment by Infinite Justice 27 May 2009 @ 12:50 amcerita penuh hikmah lagi..!
hm, ikutan komen kawan2
kenapa harus pergi??
knp the dark knight ini harus tanggalkan jubahnya??
apakah hidup sbg bruce wayne lebih tenang,
sedangkan ketidakadilan ada di mana2???
saya juga pengagummu..!!
Comment by insanmuhamadi 25 May 2009 @ 11:31 pmentah kenapa, belakangan saya malah menuliskan cerpen melulu, dan saya rasa puncaknya di postingan ini. terlalu panjang untuk ukuran blog ya?
sekiranya ingsun ini memang kudu berhenti sejenak, menapaki alam nyata sebelum ingsun kesulitan melepaskan diri dari tali-temali jejaring nirkabel jagad dunia maya yang terasa kian nyata…
ah, hatur nuhun, kang… 🙂
Comment by Infinite Justice 25 May 2009 @ 11:46 pmwew…tulisan ini…bener2 bagus!
srikandi cewek toh??? bukannya isunya dia tidak punya kelamin ya? hehehehehehe…
pemaparan dan jalur cerita yg cerita
Comment by Ria 26 May 2009 @ 11:47 amah, makasih banyak bu…
dalam dunia pewayangan, Srikandi digambarkan sebagai sosok perempuan koq. Sebenarnya saya sempat terfikir untuk mengisi posisi pendamping Arjuna dalam ceritera di atas dengan Dewi Subadra, namun tidak jadi karena Dewi Subadra tidak bisa memanah. sementara Drupadi alias Panchali juga sama saja, bahkan dia menjadi istri dari kelima Pandawa bersaudara… maka dari itu saya memaksakan Srikandi sebagai perempuan sepenuhnya… dan yah, saya suka depiksi Srikandi dalam wayang kulit loh…
emmmh… cerita yang cerita? 😕
Comment by Infinite Justice 27 May 2009 @ 1:02 amduwhh,, aku ko’ ga mudeng ya pas baca bag.awal,, memang ilmu pewayangan qu sangat minim.. yang kukenal hanya tokoh utamanya.. 😛 n’ baru tau klo srikandi “hermaphrodit/b’kelamin ganda” disesuaikan dgn situasi dan kondisi.. wkwkwkk..
why stop???
Comment by wanti annurria 26 May 2009 @ 10:45 pmuhhh.. sayang sekali,, padahal qu mo tau kelanjutan akhir dari kisah Mi’un dan anaknya Nurul… 😦
ga mudeng yah? ah hah hah… saya suka wayang, dan epos Mahabharata ataupun Ramayana… saya ingat, dulu bahkan saya menangis ketika menonton kisah kematian Abimanyu, anak dari Arjuna di medan laga… dan terpana melihat tumbangnya Kumbakarna oleh panah sakti Sri Rama… dan soal Srikandi, dalam ceriteranya memang begitu… meski saya agak menyayangkan perubahan itu… 😦
mmmh… ada beberapa hal yang mendasari keinginan saya untuk berhenti, jeng… dan sekiranya tak dapat saya ungkapkan di sini… tapi saya berterimakasih atas persahabatannya…
Comment by Infinite Justice 27 May 2009 @ 1:07 amwah,, sepertinya kang IJ sedang melakukan seleksi ketat pada setiap comment yang masuk… *comment yg baru diposting ga muncul,, ke hide..
ada apakah gerangan?
Comment by wanti annurria 26 May 2009 @ 10:48 pmloh,, ko.. comment yang diposting kedua muncul.. tapi yang pertama ga muncul..
*halaaah.. mumet aqu..
Comment by wanti annurria 26 May 2009 @ 10:51 pmaksi jerat aki ismet, jeng… terkadang akismet suka melakukan filtering berlebihan, selaik jerat Ken Arok kepada Tunggul Ametung mohon maaf atas ketidak nyamanan ini…
emmh… janganlah menjadi mumet, jeng… inilah akibat campur tangan aki aki… tak mengerti selera kaum muda masa kini
Comment by Infinite Justice 27 May 2009 @ 1:14 amKonon katanya Srikandi itu Co yg seperti Ce
Comment by achoey 26 May 2009 @ 11:04 pm😀
setahu saya, Srikandi perempuan. namun pada akhirnya berubah menjadi lelaki untuk membenahi pasukan Pandawa yang mulai tercerai-berai, CMIIW
Comment by Infinite Justice 27 May 2009 @ 12:56 amDunia dan zaman sih tidak pernah gila, tetapi orang2nya itu loh yang memang pada gila. Entah kenapa. Mungkin karena ruang di bumi kita ini makin sempit dan harus dibagi2 kepada orang lain yang jumlahnya terus bertambah, juga karena lonjakan lowongan pekerjaan tidak seimbang dengan lonjakan jumlah penduduk yang dahsyat…
Walhasil jadilah ide2 ‘gila’ dari orang2 gila di dunia yang ‘gila di zaman yang ‘gila’ untuk meng-‘gila’-kan orang lain….
Btw…. kenapa mau rehat dari dunia blog?? 😦 Apakah sudah mulai ketularan ‘gila’ juga?? Wakakakak…. **kabooor ah sebelum ditimpuk batu** huehehehe….
Ya udah selamat rehat aja…. moga2 rehatnya jangan terlalu lama ya… 😀
Comment by Yari NK 27 May 2009 @ 5:46 amwah… analogi yang sangat bagus, dan amat sangat masuk di akal… saya fikir asal muasal kegilaan salah satunya adalah masalah perebutan space ini… perebutan kesempatan dan atau peluang… sungguh analogi yang bagus, pak…
kenapa mau rehat ya…? entahlah pak… mungkin saya memang sedikit mulai ‘gila’, mengalami pergeseran aspek-aspek kehidupan. yang maya menjadi nyata, dan yang nyata berkesan maya… jangan-jangan gejala awal skizofrenia?
Comment by Infinite Justice 27 May 2009 @ 10:11 pmah…apakah mimpi gak boleh terlalu berat? apakah mimpi juga harus masuk akal?
semoga mimpi saya masih ada dijalan yang bener. dan gak bikin saya gila. tapi saya masih ingin bermimpi…
Comment by Irfan 27 May 2009 @ 6:30 amah hah hah… kita memang bebas bermimpi koq, asalkan masih sebatas bunga tidur, dan tidak membikin snewen kalau diterjemahkan menggunakan konsep pemikiran Sigmund Freud…
sesekali mimpi melenceng pun saya masih bisa mentolerir, toh mimpi itu muncul diluar kehendak kita. terkecuali kalau ‘mimpi’ yang berupa ‘impian’ atau ‘pengharapan’ akan hal-hal yang kita kehendaki bakal kita alami, sekiranya kita kudu membangun ‘mimpi’ yang masuk akal dan masih bisa dijangkau sekiranya kita berusaha mewujudkannya…
*sepertinyatulisansayamembingungkan*
Comment by Infinite Justice 27 May 2009 @ 10:15 pm*mulai menata mimpi
semoga hitung mundur dari permainan kata ini masih lama!hhhee…
so, masih bisa ketemu n baca blog “si batman”!jiahhh…
Comment by Irfan 28 May 2009 @ 5:46 amkisanak… belum mengerti engkau rupanya… ingsun hanya berhitung tiga kali… maka sekiranya setelah ini ingsun berpamitan… membiarkan segelintir orang bertangisan, atau tak peduli sama sekali… apalah arti ingsun ini di mata mereka… ada atau tiadanya ingsun tak membawa perubahan apapun, tak berdampak apapun…
Comment by Infinite Justice 30 May 2009 @ 2:22 amceritanya bagus tenann,, saya sampai kaya tersedot ke dunia lain,, yang jauh entah di mana 😀
lama sekali ndak nonton wayang, senangnya bisa baca tulisan ini.. 😀
lhoh?? mau pergi ke mana mas batman ini?? 😦
kelak nak balik lagikah??
😦 kami tetap menunggumu di sini,,
tetap SEMANGAAT!! mohon maaf, nisa banyak salah niyh..
ma’annajaah akhiy…
Comment by Nisa 27 May 2009 @ 7:27 amterimakasih, ukhti… sekiranya ini merupakan kado bagi saya sebelum rehat dari dunia permainan kata…
saya pengin mundur dengan terhormat, beristirahat dengan layak… sekiranya ada beribu dalih berjuta alasan yang tak bisa saya jelaskan mengenai kenapa saya pengin berhenti…
salah apa? sepertinya justru saya yang harus meminta maaf… sepertinya saya yang punya salah…
Comment by Infinite Justice 27 May 2009 @ 10:22 pmCeritaneeeeeeeeeeeeeeee….. bagussss sip markisipp… saya membaca dari awal hingga akhir… buat sendiri yahhh??? cerita kuno di rangkai dengan bahasa modern kikikiki apik jugaaaa
Comment by ria manies 27 May 2009 @ 10:25 ammakasih, jeng… iyah, itu hasil karangan saya sendiri. saya suka gaya pemaparan cerita wayang yang keluar pakem, seperti yang biasa dilakukan tokoh idola saya; Emha Ainun Nadjib dan Sujiwo Tedjo… dan jujur saja, selain tertarik dengan epik dan cerita dewa-dewi, saya juga tertarik dengan kisah Mahabharata dan Ramayana karya Gopalachari… saya juga sudah suka dengan karakter-karakter wayang sejak masih SD… saya punya bukunya, dan bahkan sempat hafal desain-desain wayang… semisal saya bisa mengenali suatu wayang sebagai Bima, dan lain sejenisnya… emmmh, jadi yah, saya suka suka perwayangan, meski sekarang sedikit surut. saya sudah lupa nama-nama wayang, dan sudah tidak bisa mengenali desain wayang lagi… 😦
Comment by Infinite Justice 27 May 2009 @ 10:29 pmcerita yang amat menarik…
mimpi emang gak boleh terlalu berat…
makanya jgn mimpi angkat karung beras
hehehe
piss
Comment by kenangamu 27 May 2009 @ 1:18 pmkabuuur
ah, hatur nuhun jeng… makasih banyak atas apresiasinya…
emmmh… saya tidak pernah punya mimpi menjadi orang besar… saya hanya memimpikan kehidupan yang bahagia sejahtera… sederhana ya?
ah, tentu saja mimpi yang dimaksud di sini adalah impian. kalau mimpi pas tidur sih, semalam saya mimpi menuruni gedung berlantai sembilan via tangga darurat, lompat-lompat seperti ninja
Comment by Infinite Justice 27 May 2009 @ 10:33 pmKadang kita mengalami situasi ketika akal sangat sulit untuk melogika semua peristiwa yang terjadi.
Comment by hanif 27 May 2009 @ 2:35 pmsalam kenal
emmmh…
Comment by Infinite Justice 27 May 2009 @ 10:38 pmyah, kadang memang begitu. tapi setiap saat menghadapi hal yang semacam itu, saya bisa menyadari keterbatasan kemampuan kita selaku manusia, yang tak bisa menolak ketentuan dari Tuhan, sutradara kehidupan manusia… kita mendapat peran, melakoni adegan…
brenti???
Comment by oRiDo™ 28 May 2009 @ 10:52 amkok??
phhhh..
gak bisa di tarik lagi nih??
iyah… berhenti, mandeg untuk menghilang dari peredaran… tak bisa ditarik lagi, ingsun laiknya layangan putus, terbang melayang entah kemana… dan adalah sangat mudah solusinya, cari layangan baru!
Comment by Infinite Justice 30 May 2009 @ 2:24 amlayangan putusnya boleh buat saya nggak?
Comment by yoan 30 May 2009 @ 2:52 amsaya nggak mau nyari layangan baru…
jeng yo punya banyak layangan kan? mengapa pengin mendapatkan layangan putus?
Comment by Infinite Justice 30 May 2009 @ 9:34 pmwaktu kecil, kalo layangan saya putus… saya kejer sampe dapet… manjat pohon manjat genteng dah gw jabanin…
saya orang gak punya, cuma itu harta saya… *yaya… agaklebaymemang*
Comment by yoan 30 May 2009 @ 11:16 pm…dan sekarang jeng yo sudah memegang tali dari layangan putus tersebut…
Comment by Infinite Justice 31 May 2009 @ 12:07 amwaaaaah.. dalang jugaaaa yaaaa maaas.. hebaaat..
Comment by KangBoed 29 May 2009 @ 2:15 amSalam Sayang
dan beginilah nasib dalang dan wayang-wayangnya, lapuk dimakan zaman, tergerus modernisasi, daya tarik berahi sungguh jauh lebih menarik dari sederet wayang, yang dimainkan di hadapan selarik orang, penggemar fanatik wayang. maka ingsun ini tak bisa berbuat banyak selaku dalang, kerana ingsun hanya bisa memainkan apa yang bisa ingsun mainkan, memaparkan kisah-kisah lama nan membosankan… maka ingsun berfikiran, bahwa saatnya telh tiba untuk ingsun berpensiun dini dari menjadi dalang…
Comment by Infinite Justice 30 May 2009 @ 2:27 amKenapa harus undur diri dari jagad per-blog-an ini? saat baru saja aq merasa terhibur dengan tulisanmu. Anyway, life if about making choice and decision. So whatever u r up to…wish u a good luck, all the best for u.
Really enjoy reading this posting…more people get nut for the sake of money, politics, power and love
Comment by 1nd1r4 30 May 2009 @ 12:24 pmjeng indira terhibur? ah hah hah… that’s news for me… maybe, i just wanna disappear… and to see how far i can sink in the depth of the hell caled by that sura…
i dont know if my writings is that entertaining… but thanks a lot anyway, it really worth for me…
Comment by Infinite Justice 30 May 2009 @ 9:37 pmOOT sedikit…ga tau kenapa yah, tapi I’m so obsessed giving my kids (later when I have one, after I got someone who’s willing to be the father) nama2 tokoh pewayangan….srikandi is in my list, and krisna would be another name.
Comment by 1nd1r4 30 May 2009 @ 12:26 pmhows Drupadi? istri dari kelima Pandawa yang sangat terhormat, dan akhirnya masuk nirwana… atau Parwati? setahu saya dia akhirnya menikah dengan Sri Krishna… ah, jadi ingat dengan tetangga saya; namanya keren menurut saya; Sri Harjuna… tentu saja Harjuna yang dimaksud adalah Arjuna, karena dalam aksara jawa tidak ada huruf A, tapi Ha…
Comment by Infinite Justice 30 May 2009 @ 9:42 pmyah,,, satu postingan lagi setelah itu menghilan ya..?! *sedih*
satu lagi blogger yang menghilang… *tambah sedih*
apa saya juga ikutan menghilang aja yah *sok ikut-ikutan*
Apa pun alseannya smoga yg terbaik. Tapi kadang berbagi pandangan hidup lewat tulisan itu juga perlu lo, Shin… *mencoba tuk mengubah keputusan*
tetep semangat ya
Comment by deeedeee 31 May 2009 @ 7:52 amiyah, jeng… dan saya baru saja mempost tulisan terakhir itu… dan malam ini, adalah malam terakhir saya on the air…
lagi…?
jangan, jeng… saya lihat banyak sekali sahabat dan penggemar jeng dian yang selalu menunggu tulisan terbaru jeng dian… lagipula, jeng dian juga barusan kembali dari hiatus kan?
berbagi pandangan ya… mungkin memang demikian adanya. saya ingin menghilang dulu, hingga rasa itu tlah kembali… untuk nantinya saya ‘berbagi pandangan’ lagi…
Comment by Infinite Justice 31 May 2009 @ 3:25 pmjustice aku baru sajah men9link dirimu,tapi dirimu memutuskan untuk hiatus dan mule men9hitun9 mundur.. 😦
Comment by wi3nd 1 June 2009 @ 11:21 am